Semakin Besar Otak Kita, Semakin Rentan Kanker

Saturday, November 3, 2012

Setiap sesuatu selalu memiliki kelebihan dan kekurangan. Ketika otak manusia ukurannya berevolusi menjadi lebih besar, manusia menjadi "hewan" yang hidupnya paling cerdas dan mampu menjajah seluruh planet. Tapi sekedar untuk menambah pengetahuan kita, sebuah teori baru muncul, sel-sel kita menjadi kurang bersedia untuk membunuh dirinya sendiri, dan itulah yang mungkin membuat kita rentan terhadap kanker.

Ketika sel telah rusak dan tidak diperlukan lagi, mereka merusak diri sendiri dalam suatu proses yang disebut apoptosis. Dalam organisme berkembang, proses apoptosis sama pentingnya dengan pertumbuhan sel untuk menghasilkan jaringan dan organ dan juga membantu struktur "prune" untuk bentuk akhirnya.
 
Otak manusia
Otak Manusia
(Foto:John A Beal, PhD Dep't. of Cellular Biology & Anatomy,
Louisiana State University Health Sciences Center Shreveport)

Dengan menyingkirkan sel yang telah rusak, proses apoptosis juga mencegah sel-sel tumbuh menjadi tumor. "Fungsi apoptosis tersebut bisa mencegah timbulnya kanker," kata John McDonald dari Institut Teknologi Georgia di Atlanta.

McDonald membandingkan sel-sel kulit dari manusia, simpanse dan kera dan menemukan bahwa, dibandingkan dengan sel-sel primata lain, se-sel manusia enggan untuk menjalani apoptosis. Ketika terkena bahan kimia yang memicu apoptosis, sel manusia kurang menanggapi dibandingkan dengan sel simpanse dan sel kera. Sebagian sel manusia mati, namun tidak merubah bentuk sebagaimana yang sel-sel lakukan ketika sudah "bersiap-siap" untuk mati.


Gen Down-Regulated


Pada tahun 2009, McDonald menemukan bahwa gen pada manusia yang terlibat apoptosis merupakan gen down-regulated dan gen yang tidak terlibat apoptosis merupakan gen up-regulated (Medical Hypotheses, doi.oerg/bgkshp). Gen yang terlibat dalam apoptosis diketahui telah berubah cepat selama manusia berevolusi. Sebuah bukti baru dari sebuah studi mengatakan bahwa apoptosis adalah down-regulated di sel-sel manusia.

"Dia memiliki penemuan yang eksperimental," kata Todd Preiuss dari Yerkes National Primate Research Center di Atlanta, Georgia. "Yang artinya dalam konteks yang lebih luas hal ini sangat terbuka untuk diperdebatkan."

Apoptosis
Apoptosis

McDonald mengatakan bahwa kemampuan manusia yang proses apoptosisnya telah berkurang bisa membantu menjelaskan mengapa otak kita jauh lebih besar, relatif terhadap ukuran tubuh dibandingkan dengan simpanse dan hewan lainnya. Saat bayi hewan mulai berkembang, dengan cepat tumbuh menjadi banyak neuron yang besar namun diluar titik-titik tertentu, tidak ada sel-sel otak baru yang diciptakan.


Otak Lebih Besar, Hidup Lebih lama


Preuss mengatakan bahwa tingkat yang lebih rendah dari proses apoptosis juga bisa membantu menjelaskan mengapa manusia hidup jauh lebih lama dibandingkan dengan primata lain, sesuatu yang memungkinkan kita untuk dikaruniai waktu yang banyak dan membesarkan anak-anak kemudian melihat mereka memiliki anak. "Hewan dengan otak yang lebih besar cenderung hidup lebih lama," katanya.

"Mempelajari kanker benar-benar menarik," tambah Preuss. Tidak ada data sistematis tingkatan kanker pada primata non manusia, namun kera yang mengidap tumor sangat jarang terjadi. Nah, hal ini juga menunjukkan bahwa kita perlu berhati-hati menggunakan model hewan untuk mempelajari kanker.

Sumber: Newscientist

No comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2015. Alur Kecil.
Design by Herdiansyah Hamzah. Published by Themes Paper. Powered by Blogger.
Creative Commons License
DMCA.com