Mungkin tidak ada kelompok obat lain yang paling sering digunakan selain antibiotik. Sebuah pendapat mengatakan : "Antibiotik dapat menyembuhkan apapun." Tentu saja pendapat ini belum bisa dikatakan benar.
Dalam praktek medis, sebuah zat biologis yang mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau meyebabkan kematiannya, telah dipandang sebagai sebuah revolusi besar dalam dunia kedokteran, itulah antibiotik. Fleming, seorang Inggris yang menemukan antibiotik pada tahun 1928, tidak menjelaskan sejauh mana penemuannya itu.
Dalam praktek medis, sebuah zat biologis yang mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau meyebabkan kematiannya, telah dipandang sebagai sebuah revolusi besar dalam dunia kedokteran, itulah antibiotik. Fleming, seorang Inggris yang menemukan antibiotik pada tahun 1928, tidak menjelaskan sejauh mana penemuannya itu.
Kala itu, zat sintesis penisilin memungkinkan untuk mengobati penyakit menular yang sebelumnya sangat fatal seperti pneumonia, TBC, demam berdarah, dll. Antibiotik telah menjadi obat "dewa" selama Perang Dunia II, ketika para dokter berhasil menelamatkan jutaan nyawa tentara yang terluka. Akhirnya orang-orang tidak lagi meninggal akibat infeksi.
Tak perlu dipungkiri, antibiotik merupakan "bantuan besar" bagi para dokter dalam memperjuangkan kehidupan pasien. Namun seiring waktu, masyarakat/pasien mulai salah menggunakan antibiotik dengan tanpa resep atau rekomendasi dokter. Setelah beberapa waktu mereka kecewa dengan antibiotik. Mereka mengeluh obat yang sebelumnya mujarab tersebut kini sudah tidak mujarab lagi untuk mengobati penyakitnya. Sebenarnya bukan antibiotiknya yang bermasalah, namun karena akibat salah dalam menggunakannya.
Tak perlu dipungkiri, antibiotik merupakan "bantuan besar" bagi para dokter dalam memperjuangkan kehidupan pasien. Namun seiring waktu, masyarakat/pasien mulai salah menggunakan antibiotik dengan tanpa resep atau rekomendasi dokter. Setelah beberapa waktu mereka kecewa dengan antibiotik. Mereka mengeluh obat yang sebelumnya mujarab tersebut kini sudah tidak mujarab lagi untuk mengobati penyakitnya. Sebenarnya bukan antibiotiknya yang bermasalah, namun karena akibat salah dalam menggunakannya.
Antibiotik adalah zat yang berasal dari alam atau semi-sintetik yang dapat menyebabkan kematian bakteri dan kuman. Selain kuman/bakteri patogen, antibiotik juga membunuh mikroflora alami.
Biasanya, dokter yang "baik" baru meresepkan antibiotik ketika pasien telah dipastikan menderita infeksi bakteri. Ini merupakan salah satu alasan mengapa antibiotik tidak boleh diresepkan pada demam biasa atau sekedar sakit tenggorokan atau flu. Namun bila obat ringan non antibiotik tidak mempan, misalnya sakit tenggorokan lama atau berakhir pada bronkitis, antibiotik harus diresepkan oleh dokter. Itupun dosis dan interval dalam mengkonsumsi antibiotik harus dijalankan sesuai aturan. Jika tidak, tubuh bisa manjadi resisten terhadap antibiotik tertentu. Nah, resistensi inilah yang menjadi penyebab dari inefesiensi dari antibiotik.
Biasanya, dokter yang "baik" baru meresepkan antibiotik ketika pasien telah dipastikan menderita infeksi bakteri. Ini merupakan salah satu alasan mengapa antibiotik tidak boleh diresepkan pada demam biasa atau sekedar sakit tenggorokan atau flu. Namun bila obat ringan non antibiotik tidak mempan, misalnya sakit tenggorokan lama atau berakhir pada bronkitis, antibiotik harus diresepkan oleh dokter. Itupun dosis dan interval dalam mengkonsumsi antibiotik harus dijalankan sesuai aturan. Jika tidak, tubuh bisa manjadi resisten terhadap antibiotik tertentu. Nah, resistensi inilah yang menjadi penyebab dari inefesiensi dari antibiotik.
Antibiotik adalah ibarat "artileri berat" dan hanya digunakan tidak lebih dari sekali dalam enam bulan, jika tidak, tubuh akan resistenSelain itu, penyalahgunaan antibiotik dapat menimbulkan berbagai efek samping. Bahkan pada orang sehat sekalipun, antibiotik dapat menyebabkan mual, mulut kering, dan organ-organ perut terasa tidak nyaman. Hal ini disebabkan oleh efek negatif dari antibiotik pada mikroflora usus. Mengingat bahwa hampir 80 persen dari sistem kekebalan tubuh hidup di usus, mudah untuk membayangkan konsekuensi apa yang akan terjadi bila mengkonsumsi atibiotik.
Untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan antibiotik, di hari pertama flu, dokter meresepkan probiotik yang mendukung mikroflora usus untuk meningkatkan imunitas, ini untuk mengurangi resiko pilek dan flu. Istilah probiotik (pro-untuk, bios-hidup) adalah kebalikan dari antibiotik. Para pakar kesehatan menekankan bahwa probiotik berkontribusi pada pengembangan protein imunoglobulin yang memiliki efek baik bagi sistem kekebalan tubuh dan penting bukan hanya selama proses pengobatan dengan antibiotik, tetapi juga proses dalam pemulihan dari penyakit.
Hal penting yang harus diingat adalah bahwa antibiotik adalah ibarat "artileri berat" dan hanya digunakan tidak lebih dari sekali dalam enam bulan, jika tidak, tubuh akan resisten dan memerlukan antibiotik yang lebih kuat dengan resiko efek samping yang lebih besar pula.
Penggunaan jangka panjang dari antibiotik dapat merusak saluran pencernaan dan memberikan kontribusi besar bagi dysbiosis. Menggunakan antibiotik tanpa saran dokter, bukanlah hal baik. Jangan anggap sepele penggunaan antibiotik.
lebih baik berobat secara tradisional tanpa memasukkan obat / kimia ke tubuh kita, info call 0852 1099 9495
ReplyDelete